Translate

Rabu, 26 Agustus 1998

KUDETA MILITER SOEHARTO DIBONGKAR

Berbagai Versi Surat Perintah Sebelas Maret
JAKARTA, (SiaR, 26/8/98) Letda Inf. (Purn) Soekardjo Wilardjito (71), yang mengaku sebagai seorang saksi mata, memberikan kesaksian bahwa penyerahan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) ke Soeharto merupakan hasil dari todongan pistol Jenderal Basuki Rachmat dan Jenderal Panggabean ke arah Soekarno di Istana Bogor. Namun sumber dari beberapa kalangan tentara eks tahanan politik PKI justru masih meragukan kebenaran pengakuan itu.
Soekardjo Wilardjito
Menurut laporan harian Bernas dan Surya, Selasa (24/8), Soekardjo mengaku menyaksikan sendiri aksi para Jenderal suruhan Soeharto itu mengintimidasi Soekarno untuk menandatangani Supersemar.

"Waktu itu Jenderal Basuki Rachmat dan Jenderal Maraden Panggabean menodongkan senjata pistol FN 45 ke arah Bung Karno. Sementara Jenderal M. Jusuf menyodorkan map warna merah muda berisi sebuah dokumen," kata Soekardjo kepada wartawan di kediamannya di Kampung Gancahan 5 Sidomulyo - Godean Kabupaten Sleman.
Menurut penuturan Soekardjo,  dini hari itu Bung Karno cukup terkejut dengan cara yang dilakukan para Jenderal. "Lho, ini diktumnya kok militer", komentar Bung Karno yang ditirukan kembali oleh  Soekardjo.

Waktu itu para Jenderal menjawab bahwa itu dilakukan karena keadaannya  sangat mendesak. Soekarno pun pasrah, dan menjawab, "baiklah saya serahkan kekuasaan pada Harto, tetapi setelah selesai supaya dikembalikan lagi ke saya."

Jenderal Basuki Rachmat
Jenderal M. Jusuf
Jenderal Maraden Panggabean
Saat itu Soekardjo adalah perwira security yang berdiri menjaga di belakang Bung Karno. Di harian Bernas digambarkan posisi diagram duduknya BK dengan empat Jenderal. Ketika melihat penodongan, Soekardjo akan mencabut pistolnya, tetapi dilarang oleh Bung Karno.  Beberapa hari kemudian Soekardjo ditangkap oleh pasukan RPKAD dan Kostrad, kemudian ditahan dengan berpindah-pindah tempat sejak 1966 sampai 1977, tanpa Surat Penahanan.

Kesaksian Soekardjo di kantor LBH Yogyakarta ini dinilai oleh sejumlah kalangan sebagai pengakuan yang cukup berani setelah 32 tahun lebih tak ada seorang pun yang berani mengungkap misteri sejarah bangsa Indonesia pada September 1965 - Maret 1966. Kalaupun ada, mungkin hanya berbentuk hasil penelitian atau kajian orang luar negeri yang beredar secara sembunyi-sembunyi di kalangan tertentu. "Pengakuan saksi mata belum ada. Pengakuan Soekardjo merupakan langkah awal untuk bisa membuka misteri 1965-1966", kata sumber SiaR.

Sumber ini menyebut bahwa kudeta "Supersemar" ini kemudian dilanjutkan oleh Soeharto dengan mengadakan witch hunt berupa operasi militer besar-besaran terhadap anggota-anggota PKI dan para simpatisannya.
Tiga Jenderal
Hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Pencari Fakta, lebih dikenal sebagai Komisi Lima yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Mayjen. dr. Soemarno, dengan anggota-anggota Moedjoko (POLRI), Oei Tjoe Tat, SH, Mayjen Achmadi (ex. Brigade XVII/TP) dan seorang lagi dari tokoh Islam, menyebut bahwa jumlah korban pembunuhan yang dilakukan atas perintah Soeharto sekitar 500 ribu orang. Bahkan menurut pengakuan mendiang Letnan Jendral Sarwo Edhie Wibowo kepada Permadi, SH, jumlahnya mencapai sekitar tiga juta orang. "Itu yang ia suruh bunuh dan ia bunuh sendiri", kata sumber ini. *****

Source:
SiaR---KUDETA MILITER SOEHARTO DIBONGKAR
Subject: SiaR---KUDETA MILITER SOEHARTO DIBONGKAR 

From: SiaR News Service
Date: Wed, 26 Aug 1998 14:22:50 - 07:00