Translate

Selasa, 13 September 2016

Sedikit Tentang Ernesto Che Guevara

Tokoh satu ini sangat terkenal di seantero dunia karena kisahnya. Bernama lengkap Ernesto Guevara Lynch de La Serna, Che Guevara dilahirkan di Rosario, Argentina tanggal 14 Juni 1928 dan meninggal dunia di Bolivia, 9 Oktober 1967.

Terlahir dari pasangan Ernesto Guevara Lynch dan Celia de La Serna, maka muncullah bayi mungil bernama Ernesto “Che“ Guevara de La Serna pada 14 Mei 1928 di daerah Rosario, kota pelabuhan penting di Parana.

Jika dirunut pasangan orang tua Che ini bukanlah bermula dari sebuah keluarga kebanyakan. Nenek moyang Che Guevara dari ayahnya adalah Juan Antonio Guevara yang memberontak dan berperang melawan diktator Juan Manuel Ramos, namun gagal dan berakhir dengan pembuangan ke California, di mana ia bekerja sebagai pimpinan pencari emas Latino yang terkenal dan ditakuti. Sementara itu Celia de La Serna, sang ibu, merupakan putri keturunan Spanyol dari keluarga ningrat Argentina, ayahnya adalah profesor hukum terkemuka yang pernah menjadi Anggota Kongres dan Duta Besar.

Berkat harta warisan Celia -lah perkawinan orang tua Che dilangsungkan pada 10 November 1927. Sisa harta itu dibelikan 200 hektar lahan di Missiones. Guevara Lynch - Celia kini mendiami tempat tinggal mereka di perbatasan Utara Argentina.

Segera setelah Che kecil dilahirkan, bisnis sang ayah mengalami kebangkrutan. Pada 1929 keluarga muda ini menuju Buenos Aires, untuk akhirnya di tahun 1930 kembali berpindah ke daerah Alta Gracia guna menyembuhkan penyakit asma yang diderita Ernesto Junior.

Che Guevara merupakan pejuang revolusi Marxis Argentina dan seorang pemimpin gerilya Kuba. Keluarganya berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol. Tanggal lahir yang ditulis pada akte kelahirannya yakni 14 Juni 1928, namun yang sebenarnya adalah 14 Mei 1928. Sejak usia dua tahun Che Guevara mengidap Pneumonia Bronsial (asma) yang diderita sepanjang hidupnya. Karena itu keluarganya pindah ke daerah yang lebih kering yaitu daerah Alta Gracia (Córdoba) namun kesehatannya tidak membaik. Pendidikan dasar ia dapatkan di rumah, sebagian besar dari ibunya, Celia de la Serna. Pada usianya yang begitu muda, Che Guevara telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Setidaknya terdapat tiga ribu jumlah buku di rumah Ernesto Senior, dalam segala bidang, mulai dari filsafat hingga teknik dan matematika.

Che Guevara sendiri rajin membaca literatur tentang Karl Marx, Engels dan Sigmund Freud yang ada di perpustakaan ayahnya. Memasuki Sekolah Menegah Pertama (1941) di Colegio Nacional Deán Funes (Córdoba). Di sekolah ini dia menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Di rumahnya Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang sipil Spanyol, juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina. Krisis ini memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis kiri Juan Peron, seorang yang ditentang Guevara. Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya dan muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan yang terutama kepada Dollar Amerika Serikat yang dianggapnya sebagai lambang Kapitalisme.


Kondisi lingkungan yang mengitari Ernesto Junior-lah yang membentuk karakter dan watak pribadinya. Kecamuk perang menempanya menjadi personal yang terus-menerus ingin tahu. Perkembangannya dilatari oleh berbagai macam peperangan, seperti perang Paraguay-Bolivia (1932-1935), perang saudara di Spanyol (1936-1939) dan terakhir Perang Dunia ke II (1941-1945).
Meskipun demikian dia sama sekali tidak ikut dalam gerakan pelajar revolusioner. Ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik di Universitas Buenos Aires (1947) tempat ia belajar ilmu kedokteran.

Pada usia 19 tahun, Che memasuki Universitas Buenos Aires sebagai mahasiswa kedokteran, impian ini didorong oleh kematian neneknya yang disebabkan kanker.
Empat tahun setelahnya, 1950, Ernesto Guevara telah bekerja di sebuah klinik.

Cinta dan gairah muda mulai bersemi. Perempuan itu bernama Carmen “Chicina” Ferreyra, berusia muda usia 16 tahun, seorang putri keluarga terkaya dan tertua di Cordoba.
Libur kuliah Desember 1950, Che meluaskan pandangannya dengan menjadi dokter di sebuah kapal minyak pemerintah. Ia berlayar ke Brasil, pantai Atlantik Amerika, Trinidad, Tobago dan Venezuela, hingga sekembalinya bulan Juni 1951, setelah lima purnama di atas samudera. Selama itu pulalah tunas cinta tumbuh dan semakin besar pada Chicina. Hasratnya yang ketika itu telah berumur 23 tahun begitu besar untuk menikahi Chicina, tetapi berbuah penolakan, ajakan untuk mempertautkan cinta mereka pun ditampik mentah-mentah keluarga Ferreyra. Putus asa atas kegagalan kisah kasihnya, menimbulkan angan-angan liar untuk menjelajahi benua Amerika sekedar sebagai pelipur lara.

Keinginannya ini segera bersambut, Alberto Granados seorang kawan dekatnya dan ahli penyakit kusta menerima rencana Ernesto. Mereka bersepakat mengelilingi Amerika menggunakan sepeda motor besar, Norton 500 CC diberi nama “La Poderosa” - Si Perkasa.
Maka dimulailah petualangan pada Januari 1952, Ernesto dan Alberto melakukan perjalanan tunggal ke pedalaman Argentina dengan menunggangi sepeda motor sebagai pertanda dimulainya sebuah ekspedisi yang spektakuler.

Guevara Lynch, sang ayah, menyatakan dalam prolognya dalam “Catatan Harian Amerika Selatan” –sebuah dokumentasi orisinal Che Guevara selama muhibahnya di benua Amerika-, bahwa anaknya telah mencapai takdir menjelajahi dunia baru :
"… jadi Ernesto dan temannya sesungguhnya mengikuti jejak para Conquestadores (kaum penakluk). Bedanya, kalau para penakluk haus akan wilayah taklukan, kedua orang ini beranjak dengan tujuan lain …"

Terpaan angin, hujan dan badai bahkan panas terik menyengat yang meruntuhkan kehendak tak membuatnya gentar dua petualang yang mencari pengalaman baru. Pelosok Amerika Latin dilalui dengan langkah mentap dan pasti. Relasi mereka dengan para dokter di semua negeri semakin mendekatkan “dua sahabat karib” ini pada si fakir miskin.

Tak hanya berkelana, merekapun bersedia membantu meringankan penderitaan koloni pesakitan kusta di San Pablo-Peru. Menjadi rekan berbagi dari para pasien yang ditangani Dr. Montoya di penampungan tersebut. Hubungan batin yang mengesankan, terjadi antar semua manusia dalam koloni, bahkan hal ini menimbulkan kesan mendalam pada benak mereka akan tulusnya persahabatan dengan “kaum tersisih” ini.

Pada awalnya Che Guevara hanya tertarik memperdalam ilmu kedokteran tentang penyakitnya sendiri, namun kemudian pengalaman bertemu dengan para penderita kusta membuat dia tertarik memperdalam ilmu kedokteran tentang penyakit kusta, dan kembali ke daerah asalnya dengan sebuah keyakinan bulat atas satu hal bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah dikarenakan keahliannya sebagai seorang spesialis kulit.

Tampaknya banyak memori yang tersimpan dalam ingatan mereka selepas penjelajahan itu. Gurat sketsa masa mendatang bagi Che Guevara telah terbenam dalam bayangnya. Perjumpaan dengan rupa wajah asli penduduk Amerika Latin dari kalangan kelas rendahan memikatnya pada keteguhan sikap pembelaan terhadap kelompok tak bermilik dan melarat.
Kemudian pada masa revolusi nasional ia pergi ke La Paz, Bolivia di sana ia dituduh sebagai seorang oportunis.

Dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca. Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham Marxisme dan ahli sosial Lenin, ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis Pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Ia tinggal bersama Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Orang inilah yang memperkenalkannya kepada Nico Lopez, salah satu Letnan nya Fidel Castro. Di Guatemala dia melihat kerja agen CIA sebagai agen kontra revolusi dan semakin yakin bahwa revolusi hanya dapat dilakukan dengan jaminan persenjataan.


Bergabung dengan Castro dan Menjadi Pejuang Revolusi

Ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Guevara pindah ke Kota Mexico bulan September 1954 dan bekerja di Rumah Sakit Umum, diikuti Hilda Gadea dan Nico Lopez. Guevara bertemu dan kagum pada Raúl Castro dan Fidel Castro juga para emigran politik dan ia menyadari bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari. Ia bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya secara keras dan profesional oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo, seorang pengarang "Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo" (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959. Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong dan Che (dalam bahasa Italia berarti teman sekamar dan teman dekat) menjadi murid kesayangannya dan menjadi pemimpin di kelas. Latihan perang di tanah pertanian membuat polisi setempat curiga dan Che beserta orang-orang Kuba tersebut ditangkap namun dilepaskan sebulan kemudian.

Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin keras, yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kedisiplinannya yang ketat dalam hal eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista.

Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam Komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya. Che mengorganisasi dan memimpin "Instituto Nacional de la forma Agraria", yang menyusun Hukum Agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis. Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.


Pernikahan Che Guevara

Pada tahun 1959, Guevara menikahi Aledia March, kemudian berdua mengunjungi Mesir, India, Jepang, Indonesia yang juga hadir pada Konfrensi Asia Afrika, Pakistan dan Yugoslavia. Sekembalinya ke Kuba ia diangkat sebagai Menteri Perindustrian, menandatangani Pakta Perdagangan (Februari 1960) dengan Uni Soviet yang melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika. Ini merupakan isyarat akan kegagalannya di Kongo dan Bolivia sebuah aksioma akan sebuah kekeliruan yang tak akan terelakkan. "Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya" ucapnya dan dengan ajaran Mao Ze Dong ia percaya bahwa daerah daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Juga pada saat ini ia menyebarkan filosofi komunisnya (diterbitkan kemudian dalam "The Socialism and Man in Cuba", 12 Maret 1965). Ia meringkas pahamnya menjadi "Manusia dapat sungguh mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa dipaksa oleh kebutuhan fisiknya sehingga ia harus menjual dirinya sebagai barang dagangan".

Penentangan resminya terhadap komunis Uni Soviet tampak ketika dalam organisasi untuk Solidaritas Asia Afrika di Aljazair (Februari 1965) ia menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme dengan berdagang tak hanya dengan negara-negara blok komunis dan memberikan bantuan pada negara berkembang sosialis atas pertimbangan pengembaliannya. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme. Guevara mengadakan konferensi Tiga Benua untuk merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Di samping itu setelah terpaksa berhubungan dengan Amerika Serikat, ia sebagai perwakilan Kuba di PBB menyerang negara-negara Amerika Utara atas keserakahan mereka dan imperialisme yang kejam di Amerika Latin.

Pada saat itu, ketika Guevara menjadi wakil Kuba di depan sidang ke-19 Majelis Umum PBB di New York, tanggal 11 Desember 1964. Ia mengutuk dengan keras tindakan sewenang-wenang imperialis Amerika dalam lingkup internasional. Termasuk di dalamnya bahwa hubungan atas dasar perdamaian tidak akan pernah tercapai jika posisi dan kedudukan satu dengan yang lain tidaklah setara. Berikut kutipan pidato pentingnya tersebut :

"...harus kami katakan juga bahwa konsep hidup berdampingan dengan damai haruslah didefinisikan dengan jelas, tidak hanya dalam hubungan yang melibatkan negara-negara yang berdaulat. Sebagai negara Marxis kami menganggap bahwa ko-eksistensi damai antar bangsa tidak mencakup ko-eksistensi antara yang mengeksploitasi dan yang di eksploitasi, yang menindas dan yang ditindas..."

Di sebuah surat yang tertuju pada Carlos Quijaro bertahun 1965, Guevara melukiskan bentuk dasar keterkaitan pembangunan revolusioner dalam perwujudan alam dan manusia Kuba:

"...kami akan berusaha menempa diri kami dalam kegiatan sehari-hari menciptakan manusia baru dengan teknologi baru. Kepribadian individu memainkan peran penting dalam memobilisir dan memimpin massa sepanjang ia menjelmakan keluhuran dan cita-cita tertinggi rakyat kami dan tidak menyimpang dari jalan yang ada. Kelompok garda depanlah yang membersihkan jalan yang terbaik, yaitu partai. Tanah liat yang menjadi bahan dasar kerja kami adalah para pemuda. Kami menaruh harapan pada mereka dan mempersiapkan mereka untuk mengambil-alih bendera dari tangan kami..."

Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada dua negara kapitalis mendorong negara komunis untuk memaksa Castro memberhentikan Che (1965, bukan secara resmi tetapi secara nyata. Untuk beberapa bulan tempat tinggalnya dirahasiakan dan kematiannya santer diisukan. Ia berada di berbagai Negara Afrika terutama Kongo di mana dia mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Ia kembali ke Kuba untuk melatih para sukarelawan untuk proyek ini dan mengirim kekuatan 120 orang Kuba ke Kongo. Anak buahnya bertempur dengan sungguh-sungguh tetapi tidak demikian halnya dengan para pemberontak Kinshasa. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia dan ketika musim gugur 1965 Che meminta Castro untuk menarik mundur saja bantuan Kuba.

Di balik semua kemilau pencapaian Kuba, Che tak lupa mengumandangkan pentingnya kerjasama yang erat antara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Dengan rendah hati Che Guevara menegaskan nilai kontribusinya hanyalah sedikit saja bila dibandingkan dengan kebutuhan pemenangan revolusi dunia, bagaikan hanya sebuah titik kecil.

"...jika kami merupakan noktah kecil di atas pena dunia, memenuhi tugas dan tempat kami dalam kerangka perjuangan seberapapun sedikitnya yang bisa kami berikan: hidup kami, pengorbanan kami. Bisa jadi dalam salah satu hari ini kami akan menarik nafas terakhir kami di atas tanah yang bukan milik kami tetapi telah menjadi milik kami basah kuyup oleh darah. Perlu diketahui bahwa kami telah mengukur jangkauan aksi kami dan kami anggap diri kami tidak lebih dari satu elemen dan sepasukan besar tentara proletar..." (Havana, 16 April 1967).

Kurun waktu tahun 1965 Che Guevara secara diam-diam mengirimkan sepucuk surat perpisahan pada Fidel Castro, sebagai pertanda pengunduran dirinya dari kabinet pemerintahan Fidel.

"...kunyatakan sekali lagi bahwa aku membebaskan Kuba dari segala tanggung jawab, kecuali ia menjadi contoh buatku. Jika saat terakhirku kualami di bawah langit lain, aku akan mengingat rakyat ini terutama engkau. Aku berterima kasih atas apa yang kau ajarkan, teladanmu, dan aku akan mencoba setia pada konsekuensi terakhir atas tindakan-tindakanku..."

Signal terakhir dalam hidup Ernesto ”Che” Guevara telah tampak bersinar terang. Resiko berkalang tanah guna menegakkan keadilan diterimanya sebagai implikasi revolusi. Che mungkin terinspirasi dan diilhami oleh ”El Patojo” yang dalam bahasa Guetamala berarti ”orang kecil”.

Rekan seperjuangannya di berbagai gelanggang pertempuran itu bernama asli Julio Roberto Caceres Valle, setelah revolusi ’59 dan menjabat sebagai Pimpinan Personalia Departemen Industri, ia seakan dipanggil oleh suara-suara penyeru revolusi guna pembebasan negara di Latin Amerika, namun saat El Patojo berangkat, tak lama kemudian terdengar pula kabar kematiannya.


Sang ”Dokter Pejuang” kemudian turut bergerilya di rimba belantara pedalaman Kongo-Afrika, petikan gagasan revolusinya adalah membuat kancah perang yang setara dengan ”Seribu Vietnam”. Ia berpulang ke Amerika Selatan membantu para gerilyawan. Pada sebuah penyergapan yang dilakukan tentara pemerintah Bolivia di bawah pimpinan Mario Vargas Sallinas di La Higuera, Che meregang nyawa. Jasadnya dipertontonkan lalu disembunyikan, tertanggal 8 Oktober 1967.

Setelah 30 tahun kemudian, sekitar 1997, pemerintahan Bolivia yang baru mengumumkan keberadaan makam Guevara yaitu di bawah lapangan terbang darurat Vallegrande.
Che Guevara memang sudah tiada, keringat, darah dan air mata diberikan sepenuh hati pada kejayaan revolusi. Otak brilian, penampilan rupawan serta status sosial yang tinggi tidak pernah menyurutkan tekadnya untuk berkorban bagi hidup yang lebih baik untuk semua manusia. Profilnya yang rendah hati, bahkan setelah menjabat sebagai Menteri Perindustrian Kuba, ia tidak segan-segan menjadi buruh volunteer pada sebuah dok kapal agar menjadi teladan nyata pembangunan sosialisme Kuba.
Hidup, karya dan perjuangannya mempengaruhi kaum muda di seluruh penjuru dunia. Buah pikirannya diresapi sebagai panduan menuju perlawanan terhadap imperialisme dan penindasan.
Figur yang tampak seolah tiada cela menempatkannya sebagai idola dan digandrungi jutaan kawula muda, lebih dari itu Che telah menorehkan tinta keemasan dalam lembaran sejarah peradaban yang mengingatkan kita pada arti pengorbanan demi keselamatan umat manusia dari penindasan.

Patri O Muerte, Venceremos...!!!

Senin, 12 September 2016

Fungsi Anggaran ?? Masih Adakah ??

Hal yang menarik dalam Fungsi Anggaran DPRD adalah, apakah Fungsi Anggaran DPRD itu masih ada? Seandainya masih ada, seberapa besar Fungsi Anggaran DPRD tersebut?

Dasar utama dalam mendiskusikan Fungsi Anggaran DPRD adalah dengan melihat dari UU 17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU 27/2009 tentang MD3.

Berdasarkan Pasal 18 UU 17/2003:

(1) Pemerintah Daerah MENYAMPAIKAN Kebijakan Umum APBD TA berikutnya sejalan dengan RKPD, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.

(2) DPRD MEMBAHAS Kebijakan Umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD Tahun Anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama DPRD MEMBAHAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

Sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) UU 17/2003 tersebut, bahwa Pemda “MENYAMPAIKAN”, artinya apa? Artinya Pemda yang “PROAKTIF”, dan hal ini diperkuat dalam ayat (2) dan ayat (4), bahwa “DPRD MEMBAHAS KUA” dan “DPRD MEMBAHAS PPAS”. Jadi DPRD di sini TIDAK BISA PROAKTIF, yang bisa adalah bersifat “PASIF”.

Jika dilihat dari sisi UU 27/2009, Fungsi Anggaran hanya disebutkan satu kali pada Pasal 70 Ayat (2) Fungsi Anggaran untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden. Dan ternyata sama dengan UU 17/2003, yaitu ”MEMBAHAS” dan ”MEMBERIKAN PERSETUJUAN” atau ”TIDAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN”. Dan ternyata di dalam UU 27/2009, Fungsi Anggaran TIDAK PERNAH disebutkan untuk DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota.

Pasal 2 Ayat (1) PP 16/2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan bahwa DPRD mempunyai Fungsi Anggaran yang diwujudkan dalam membahas dan menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama Kepala Daerah. Dan sekali lagi sama, bahwa DPRD mempunyai fungsi anggaran untuk ” MEMBAHAS dan MENYETUJUI”.

Apa yang dapat disimpulkan? Ternyata UU 17/2003, UU 27/2009 dan PP 16/2010, sama-sama menyebutkan bahwa DPRD mempunyai Fungsi Anggaran untuk MEMBAHAS dan MENYETUJUI.

Apakah MEMBAHAS itu bisa proaktif mengusulkan Kegiatan? Apa akhir dari MENYETUJUI? Bukankah hanya SETUJU atau TIDAK SETUJU.

Pasal 167 ayat (3) UU 32/2004 menyatakan:

Belanja Daerah mempertimbangkan:
Analisis Standar Belanja: penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Standar Harga: harga satuan, setiap unit barang yang berlaku di suatu daerah.
tolok ukur kinerja.
Standar Pelayanan Minimal: standar suatu pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal kelayakan.

Pasal 39 PP 58/2005 menyatakan:
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari Kegiatan dan Program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan:
capaian kinerja,
indikator kinerja,
Analisis Standar Belanja (ASB),
Standar Satuan Harga (SSH), Yang dimaksud dengan Standar Satuan Harga adalah harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah; dan
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Apa kaitannya dengan fungsi anggaran DPRD?

Sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 58/2005 tersebut di atas, Belanja Daerah disusun diantaranya berdasarkan Analisa Standar Belanja, Standar Satuan Harga dan Standar Pelayanan Minimal.

Jika ketiga indikator tersebut dilaksanakan dalam suatu Kegiatan, apa yang akan dilakukan DPRD dalam “MEMBAHAS” RKA-SKPD?

Misalnya, suatu Pemda  akan membangun Puskesmas di Kecamatan, apa yang dilakukan DPRD dengan Fungsi Anggarannya?

Pemda akan menentukan Prioritas Pembangunan Puskesmas tersebut ketika Renja SKPD Dinas Kesehatan dan Musrenbang RKPD.
Selanjutnya, DPRD akan “MEMBAHAS” perlu tidaknya membangun Puskesmas tersebut pada pembahasan PPAS; maka jika DPRD setuju, selanjutnya Pembahasan Ranperda APBD (yang identik dengan pembahasan RKA-SKPD), di mana pembahasan RKA-SKPD pada Belanja Langsung tersebut di dalamnya terdapat jenis Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa; serta Belanja Modal.
Ketika DPRD membahas RKA SKPD sampai ke Jenis, Objek dan Rincian Pembangunan Puskesmas tersebut, maka terkait dengan “apa” yang akan dibeli/dibangun, maka sebagian besar sudah diatur dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal), sedangkan penilaian kewajaran atas Beban Kerja dan Biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu Kegiatan sudah ditetapkan dalam ASB (Analisis Standar Belanja), dan berapa harga dari “apa” yang dibeli sudah diatur dalam SSH (Standar Satuan Harga).
Jadi apa lagi yang perlu dibahas oleh DPRD?

Surat dari Che Guevara, Untuk Kawan-Kawan Muda

Kalau aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah, berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya, kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan, dan sekolah yang kini kian mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan. Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita paham dan mau membela orang miskin. Kupilih tinggal serta berjuang di hutan karena di sana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya menderita. 

Andaikan aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu. 

Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, puisi, buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat, pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hapal mana tabiat srigala dan mana watak kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita mematuhinya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi dan curiga pada penguasa! 

Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan kalian. Menonton orang-orang pandai berdebat di muka televisi atau aktivis yang melacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang. Menonton aktivis senior yang kini juga berebut untuk duduk jadi penguasa. Katanya: di dalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual yang yakin jika perubahan bisa muncul karena kita duduk di belakang meja. Demokrasi acapkali berangkat dari dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak lagi bisa memilih, untuk berdiri dan berbincang dengan kalian semua. 

Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup! 

Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian, dan cicit suara burung. Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak, yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu. Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman. 

Rasa nyaman yang kini kusaksikan di sekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parlemen malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hukum mereka gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin. Anak-anak muda yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor. Aku enggan untuk berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan arus. 

Arus itulah yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga seorang aktivis yang dulu lantang melawan, tapi kini duduk empuk jadi penguasa. Murah sekali harga idealisme seorang ilmuwan yang mau menyajikan data bohong tentang kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame mendukung pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi punya ksatria pemberani. Seorang kstaria yang mau hidup dalam kesunyian dan dengan gagah meneriakkan perlawanan. Tulisan adalah senjata sekaligus bujukan yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau harus berani mempertahankan nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan, kelaziman, dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa. 

Yang kauhadapi sekarang ini adalah sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagaimana jadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih, tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau perlahan-lahan jadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu untuk merubah. Kau kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan dukungan logistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan kalau dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama mirip dengan bisnis MLM. 

Saudaraku yang baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantera: LAWAN! Lawanlah dirimu sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu kukerjakan dan apa yang sekarang dikerjakan oleh gerakan sosial di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal: bekerja untuk melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.