Translate

Minggu, 30 November 2014

KONSENSUS

Ada eksperimen yang lucu. Seorang laki-laki yang "suci", menutup mata untuk gambar yang cabul ketika berada di depan banyak orang. Padahal saat 'indehoy' dengan pasangannya dalam kamar yang tertutup, ia membuka matanya lebar-lebar.

Inilah intermedia.....


Intermedia memberi corak dan bentuk pada tingkah laku, maka jelaslah setiap orang enggan mengubah corak itu, takut kekacauan dan kekosongan.

Descartes mencari kepastian untuk hidupnya dan mulai dengan meragukan segala hal yang diketahuinya, tetapi dia tidak murtad.

Dengan membuat klausula kecil, dia menyelamatkan keyakinan Katholik yang dianggap benar, suci, dan pasti.
Orang Katholik saat itu mendengar tentang korupsi Blanco Ambrosiano dan riwayat Irlandia, tetapi mereka tutup mata, jiwa dan telinga rohaninya. Mereka hanya melihat hal bagus dan tidak melihat hal jelek.

Dogma biasanya kuat, tidak karena begitu nyata, tetapi karena memberi keamanan, corak, kenyamanan dan jalan mulus. Dan itu menjadi 'sapi keramat' (sacred cow) yang harus dihormati dan dijunjung tinggi.

Salah satu sapi keramat di negeri kita ialah 'Teori/Dogma tentang KONSENSUS'.
Sebagai karikatur dapat dikatakan bahwa: "KONSENSUS berarti, SEMUA ORANG MENGATAKAN YA, KALAU PEMERINTAH MENGHARAPKAN YA; DAN SEMUA MENGATAKAN TIDAK KALAU EKSEKUTIF MENGHARAP TIDAK."

Memang jelas bahwa dogma konsensus ialah pencapaian keadaan optimal. Tetapi 'e pluribus unum' mungkin hanya terjadi di sorga.....

Dogma tentang konsensus memang 'The Sacred Cow', dan kita menghormati sapi itu berdasarkan Konsensus di bawah naungan Pancasila dan semua keyakinan dihormati dan dijunjung tinggi.....
Namun dalam kenyataannya, terlebih dalam ilmu kesehatan hewan, setiap sapi tentu boleh diperiksa oleh dokter hewan. Dan dalam Ilmu Sosiologi, memang baik meneliti kembali Dogma Konsensus itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar